Kerinci, 15 Februari 2025 – Suasana Desa Sebukar, Kabupaten Kerinci, Jambi, tampak berbeda dari biasanya pada Sabtu (15/2). Warga dari berbagai penjuru desa berkumpul dalam semangat kebersamaan untuk mengikuti Kenduri SKO dan Syukuran Desa, sebuah tradisi adat yang diwariskan turun-temurun.
Sejak pagi, masyarakat sudah memadati lokasi acara. Dentuman musik tradisional mengiringi silat penyambutan tamu, yang disusul dengan tari persembahan sebagai bentuk penghormatan kepada para tamu undangan. Berbagai pertunjukan seni lainnya, seperti tari kreasi dan tari massal, turut menambah kemeriahan. Tidak hanya itu, prosesi sakral pengukuhan depati ninik mamak juga menjadi salah satu momen penting dalam rangkaian acara ini.
Kegiatan adat tahunan ini turut dihadiri oleh Penjabat (Pj) Bupati Kerinci, Asraf, S.Pt., M.Si., serta Anggota DPRD Provinsi Jambi, Afuan Yuza Putra, S.Pd.. Dalam kesempatan tersebut, Afuan Yuza menekankan bahwa Kenduri SKO bukan sekadar acara seremonial, melainkan identitas masyarakat Sebukar yang harus dijaga dari generasi ke generasi.
Afuan Yuza: Tradisi Adalah Warisan, Jangan Sampai Pudar
Dalam sambutannya, Afuan Yuza mengungkapkan kekagumannya terhadap semangat masyarakat Sebukar dalam menjaga tradisi. Ia menilai, Kenduri SKO memiliki nilai lebih dari sekadar perayaan tahunan, tetapi juga menjadi wadah silaturahmi dan refleksi budaya.
“Kenduri SKO ini adalah tradisi yang luar biasa. Di sini kita bisa melihat bagaimana masyarakat Sebukar masih menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur yang diwariskan sejak dulu. Ini bukan sekadar festival budaya, tapi juga bukti bahwa kita masih menjaga jati diri dan kebersamaan,” ujar Afuan.
Menurutnya, di tengah derasnya arus globalisasi, banyak tradisi lokal yang mulai terlupakan. Namun, masyarakat Sebukar berhasil membuktikan bahwa budaya dapat tetap lestari jika dirawat dengan baik.
“Saya merasakan semangat yang begitu luar biasa. Anak-anak muda turut serta dalam tarian dan pertunjukan seni, para tetua adat tetap memainkan peran penting, dan seluruh masyarakat terlibat aktif. Ini menandakan bahwa Kenduri SKO bukan hanya milik generasi tua, tetapi juga telah diterima oleh generasi muda,” tambahnya.
Afuan juga mengajak seluruh pihak untuk lebih memperhatikan dan mendukung acara budaya seperti ini. Ia meyakini bahwa jika dikelola dengan baik, Kenduri SKO dapat menjadi daya tarik wisata budaya yang lebih besar dan memberikan manfaat bagi masyarakat Sebukar.
“Pemerintah dan masyarakat harus berkolaborasi dalam melestarikan budaya ini. Tidak menutup kemungkinan, suatu saat Kenduri SKO bisa menjadi agenda budaya besar yang mendatangkan wisatawan dan meningkatkan perekonomian masyarakat,” pungkasnya.
Masyarakat Antusias, Budaya Hidup dalam Kebersamaan
Tak hanya para pejabat, warga Sebukar juga menyambut acara ini dengan penuh antusias. Setiap tahun, mereka menanti momen ini sebagai ajang berkumpul, berbagi cerita, dan mempererat persaudaraan.
Mardiani (52), salah satu warga yang hadir, mengungkapkan bahwa Kenduri SKO selalu membawa kebahagiaan bagi masyarakat. “Ini bukan hanya acara adat, tapi juga kesempatan bagi kami untuk bertemu sanak saudara dan menikmati pertunjukan budaya. Saya berharap tradisi ini tetap ada sampai anak-cucu kami nanti,” ujarnya.
Sementara itu, bagi generasi muda, Kenduri SKO menjadi media untuk mengenal lebih dalam tentang akar budaya mereka. Mereka tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga terlibat aktif dalam berbagai pertunjukan seni dan ritual adat.
Masa Depan Kenduri SKO: Antara Pelestarian dan Inovasi
Di tengah tantangan zaman, pelestarian budaya seperti Kenduri SKO membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Semangat masyarakat Sebukar dalam menjaga tradisi patut diapresiasi, tetapi inovasi juga diperlukan agar budaya ini tetap relevan di era modern.
Sebagai penutup, Afuan Yuza kembali menegaskan pentingnya menjaga tradisi agar tidak hilang ditelan waktu. “Selama kita masih peduli dengan budaya kita, selama itu pula kita masih memiliki jati diri sebagai bangsa. Mari kita terus lestarikan Kenduri SKO ini, agar tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang lebih besar dan dikenal luas,” tutupnya.
Dengan penuh semangat dan kebersamaan, Kenduri SKO Desa Sebukar tahun ini sekali lagi membuktikan bahwa budaya bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang masa depan yang harus terus dijaga. (Emhd)